Minggu, 21 Juli 2013

SIMFONI HITAM (Cerpen)

Maaf, apabila terdapat kesamaan pada nama tokoh, tempat, keadaan, waktu, dan suasana, karena ini semua hanya fiktif belaka.. I hope you like. Let’s read!!!
***********************************************************************************
Malam kian larut, aku menapaki kakiku di kamar mandi. Melihat bayangan dua dimensiku disana, sambil berguman tak jelas “Apa? Kenapa? Mengapa semuanya berubah? Berubah tak seperti dulu.” Kemudian aku menghidupkan keran di wastafel itu, lalu membasuh mukaku. Kemudin beranjak pergi ke kamar, dan membaringkan tubuku di sana.
Pagi ini aku akan ke sekolah, bertemu dia, di satu sisi aku senang bertemu denganya. Di sisi lain, aku takut aku di acuhkan olehnya. Sekolah ku ini besar karena SD, SMP, dan SMA nya satu atap, ribuan manusia berada di sana, membuat dadaku sesak saat menatap kearah manusia-manusia itu. Aku harap hari ini cepat berlalu. Pikirku.
Aku melewati koridor sekolahku, sambil menunduk kebawah. Tak ku sangka aku berpapasan dengannya, aku melayangkan senyuman manisku, tapi dia tak melihatku, karena banyak yang mengikutinya. “Benarkan aku tak di anggap” ungkapku. Aku berjalan lemas ke kelas.
“Kenapa? Kok murung?” sapa sahabatku Juliana
Nothing.” Uangkapku berbohong
“Cerita saja, kenapa? Tak baik menyimpan sesuatu sendirian.” Ucap Ovy
“Hemm,,,” aku menarik nafas panjang
“Aku tahu, pasti Difa ya??” sambung Diah. Aku menjawab dengan anggukan pelan. Kemudian Juliana datang dan merangkulku.
“Kenapa dangan Difa?” ada masalah kah dengan adik kita satu itu?”
“Dia berubah, bukan seperti Difa yang dulu.” Uangkapku lemas “Sudahlah, aku tak mau membahas itu, aku sudah tak mau membicarakan Difa lagi.” Aku pergi keluar kelas. Kemudian aku duduk sendiri di taman sekolah, terdengar suara yang tak asing bagiku.
“Berlari dan terus bernyanyi mengikuti irama sang mentari, tertawa dan slalu ceria berikan ku arti hidup ini.” Difa bernyanyi, dengan merdunya di temani Juliana, Ovy, dan Diah.
“Lagu kesukaan ku di nyanyikan Difa.” Ucapku membatin
“Kenapa kak? Kok sendiri sih?” Tanya Difa. Aku hanya menjawab dengan senyuman termanis bagiku.
“Dianya lagi G-A-L-A-U in kamu dek.” Ucap Juliana yang membuat yang lain tertawa, namun tidak dengan diriku.
“Ah, kak Juli bisa aja sih.” Ucap Difa tertawa dengan lepasnya. Terbersit di benakku “Juliana, Diah, Ovy, sudah lama kenal dengan Difa. Sedangkan aku, aku baru beberapa bulan saja kenal dengan Difa. Lagian aku kenal Difa sejak sahabatku Juliana memperkenalkan Difa denganku saat difa pertamakali masuk ke SMP Celicy Fane ini. Wajar saja difa dengan Juliana, Ovy, dan diah begitu akrab. Ditambah lagi Difa kan sang idola sekarang. Mungkin banyak yang menginginkan diposisiku, tapi aku tak begitu yakin dengan keadaan ini.” Lamuananku terbuyar ketika Ovy mengagetkanku.
“Kenapa jelek?” tanyanya “Kok ngelamun sih?” tambahnya
“Aku hanya lagi gak mood saja sekarang, maaf  ya!” aku meninggalkan mereka di taman.
“Kak Recka, mau kemana?” Tanya difa dari kejauhan. Aku tak mengubrisnya sedikitpun “Kak Juliana, kenapa kak Recka? Ada apa denganya?” Tanya Difa penasaran
“Entahlah, kakak juga tak tahu. Nanti kaka akan cari tahu tenang saja.” Ungkap Juliana kemudian mengajak Difa kembali ke kelas.
Sementara itu aku menatap wajahku yang pucat pasi di depan cermin, “Aku berharap ini mimpi buruk, dan saat aku bangun semuanya akan baik-baik saja. Kenapa begini kenapa seperti ini?” sambil membasuh wajahku dengan air di wastafel itu. Kemudian keluar menuju ke kelas.
***********************************************************************************
Saat pulang sekolah, aku berjalan sendirian. Biasanya aku pulang bareng dengan Difa, Juliana, Diah, dan ovy. Tetapi hari ini mereka sibuk, Difa harus meet and greet lah, Juliana mau exstra basket lah, belum lagi Diah dan Ovy yang juga exstra basket. Aku juga exstra namun aku tak mood untuk exstra hari ini. Sambil menendang batu-batu kerikil di jalan raya, untuk menghilangkan rasa bosanku.
“Apa aku harus mengatakan semuanya??” tanyaku dalam hati, tanpa melihat ke arah jalan raya, aku menyeberang dalam keadaan melamun. Kemuadian terdengar suara klakson mobil begitu kencang, kearahkku, seketika aku reflex dan terjatuh. Tanpa melihat kearah si pemilik mobil, aku berlari pulang ke rumah.
“Sampai di kamar juga.” Ucapku merebahkan diri di tempat tidur, tak terasa aku tertidur di sana. Saat aku melihat jam tanganku aku mendapati hari ini sudah jam 15.45, aku segera bangun dengan keadaaan baju seragam yang lengkap dengan sepatu masih kukenakan. Aku segera pergi ke kamar mandi, menatapi wajahku yang sedikit berubah dan membengkak.
“Gejalanya sudah mulai Nampak.” Ucapku, tiba-tiba saja terdengar seseorang memanggil namaku dari luar. Ternyata Juliana datang berkunjung kerumahku.
“Rere, kamu dimana?”
“Aku lagi mandi juli, tunggu sebentar ya.” Ucapku
Sementara itu, Juliana melirik seisi kamarku, yang dipenuhi dengan koleksi smurf ku. Ya aku suka dengan tokoh kartun smurf itu. Kemudian Juliana melirik kearah diary ku yang berukuran sedang dan berwarna biru itu. Juliana membuka bagian depannya, terdapat foto aku, Difa, Juliana, Ovy, dan Diah. Dan tertulis dibawahnya “Friends” Juliana tersenyum. Di lembar kedua Juliana melihat fotoku, Difa, dan Jihan, adik Difa dan tertulis disana “Hahah gaje ya.” Juliana kembali tersenyum, saat membuka lembar ketiga, Juliana mendapati fotoku sendiri dan di sana tertulis Alm.Recka, kali ini wajah Juliana menjadi sedikit heran bercampur kaget. Juliana melihat isi diaryku dan membacanya satu persatu, namun saat ia ingin membaca lembar terakhir dari diaryku aku keluar dari kamar mandi. Juliana Nampak kaget, ia memasukan diaryku ke dalam tas miliknya.
“Maaf lama, kenapa jul?” tanyaku tanpa basa basi
“Hanya ingin meminjam buku bahasa mu saja.”
“Oh ini”, sambil memberikan buku ku.
“Terimakasih, aku pulang ya.” pamitnya
“Ya.” Jawabku singkat
***********************************************************************************
Malam harinya Juliana membuka diaryku, dan membaca bagian akhirnya.





“Recka sakit? Sakit apa dia?” Juliana bertanya dalam hati kemudian ia memessege teman-temanya.


TO : Difa, Ovy, Diah
By : Juliana
Hei, kalian tahu Recka sakit apa?
Jangan tanyakan ke Recka nya ya. Ada yang ingin aku beritahu kepada kalian besok.

By : Difa
To : Juliana
Sakit? Emangnya kak Recka sakit?
Baiklah kalau begitu.

By : Ovy
To : Juliana
Sakit demam difa kali :D

By : Diah
To : Juliana
Gaktau. Dianya aneh sekarang >, 





“Huh, tuh anak sakit apa yaa?” Juliana masih bingung
***********************************************************************************
            Saat mereka tiba di sekolah, tampak Juliana menunjukan diary milik Recka. Mereka kaget dengan isi diarynya.
“Sakit apa sih kak Recka? Kok diarynya begini sih?”
“Kaka juga bingung dengan penyakitnya. Sudalah nanti akan kakak tanyakan kepada Recka.”

*kelas
“Vy, Diah, Reckanya gak masuk nih! Sms Difa dulu gih.”
“Telpon aja napa, ribet amat.” Ucap Ovy
“Tumben pinter!” ledek diah, kemudian Juliana menelpon difa.
“Haloo, dek! Gawat!”
“Iya, kenapa kak?” Tanya Difa panic
“Recka hari ini gak masuk. Gimana kalau pulang sekolah nanti kita kerumah Recka dulu?”
“Gak masuk? Oke deh, difa setuju sama saran kak Juliana, nanti kita kerumah kak recka.”kemudian mematikan telpon nya.
***********************************************************************************
            *Rumah Recka
            “Syalom. Recka!” panggil mereka, namun tak ada jawaban pasti dari sana.
            “Kak Recka kemana ya? Kenapa perasaan Difa jadi gak enak seperti ini ya?”
            “Iya, kok rumahnya sepi gini ya?” Tanya ovy kembali
            “Yasudah, aku coba Tanya sama tetangga sebelah dulu.” Ucap Diah
            “Iyaa deh.” Kemudian diah kerumah tetangga sebalah dan bertanya “Maaf bu, mau Tanya Reckanya kemanaya?” kemudian ibu itu manjawab “Loh, bukannya malem tadi Recka masuk rumah sakit ya.”
            Perasaan bingung membelengu fikiran Diah sekarang. Kemudian diah bertanya kembali “rumah sakit? Emangnya Recka sakit apa ya bu?”
“Loh, kalian ini bagaimana sih, padahal temannya masa gak tahu recka sakit apa sih.”
“Bener bu, Recka sakit apa ya?? Tanya diah penasaran
“Kalau gak salah dia sakit kanker otak stadium akhir.” Ketika tetangga recka mengatakan apa yang terjadi mata diah berkaca-kaca, mulutnya bungkam tak dapat berkata, lututnya seakan lemas dan ingin terjatuh, tapi dia berusaha kuat. “Terimakasih bu!” kalimat singkat dari bibir Diah yang gemetaran. Diah kemudian pergi kerumah Recka lagi untuk menemui Difa dan yang lain.
            “Kemana reckanya?” Tanya Ovy
            “Kenapa kak diah jadi pucat dan cemas seperti itu?” Tanya Difa
            “Recka…..”
            “Kenapa dangan Recka?” Tanya Juliana yang makin penasaran
            “Reckaa,,, dia dirumah sakit. Dia sakit, sakit yang parah.” Ucap diah menanggis kemudian memeluk Juliana
            “Kenapa? Sakit apa kak?” difa makin penasaran
            “Recka sakit kanker otak stadium akhir.”
            “Oh Tuhan. Benar kah itu kak diah?” Tanya difa tak percaya
            “Apa? Kamu serius Diah?” Tanya ovy lagi
            “Iya, sekarang aku baru tahu apa maksud dari diary Recka itu.” Ucapnya menanggis
            “Sekarang kita akan pergi kerumah sakit.” Ucap difa mantap
***********************************************************************************
            Aku mencoba membuka mata, namun mataku begitu berat untuk terbuka. Hanya bayangan sama-samar yang terlihat dari mata ku. Aku membayangkan bahwa diriku sudah berada di surga, jauh dengan kedamaian.
            “Recka. Ada yang ini bertemu.” Ucap ibu
            “Siapa?” tanyaku singkat
            “Nanti kamu akan tahu sendiri.” Ucap ibu mencium lembut keningku, dan “selamat bersenang-senang ya. Ibu keluar dulu.”
            “Ibu!” panggilku, aku tak dapat melihat dangan jelas, namun aku mendengar seseorang datang sambil bermain gitar, dan mulai bernyanyi, suaranya lembut, merdu, bagaikan suara malaikat. Dia bernyanyi untukku “Hadapi dengan senyuman semua yang terjadi biar terjadi, hadapi dengan tenang jiwa, semua kan bai-baik saja, bila ketetapan Tuhan sudah di tetapkan tetaplah sudah, tak ada yang bisa merubah, dan takkkan bisa berubah, rela kan lah saja ini bahwa semua yang terbaik, terbaik untuk kita semua, menyerahlah untuk menang.. hadapi dengan senyuman.” Suaranya begitu merdu, mengingatkanku kepada seseorang yang tak asing bagiku.
            “Difa?” tanyaku
            “Kak, kenapa kaka gak cerita dengan aku dan yang lain?”
            “Apa penting dek? Bukankah sekarang Difamili yang lain banyak? Yang lebih baik dan sayang dengan kamu? Kaka tak berarti banyak untukmu. Sudahlah kamu tak seharusnya di sini.”
            “Recka, apa maksud perkataan mu itu?” Tanya Juliana
            “Sudahlah, aku tak mau membahas ini lagi.” Ucapku
            “Kak!” Difa memegang lembut tanganku “Kak, maaf kalau Difa akhir-akir ini tak memperhatikan kaka, bukan karena Difa gak sayang kakak atau Difa gak perduli sama kaka, kaka dan difamili yang lain sangat berarti untuk difa sekarang. Difa sayang kaka dan yang lain, Difa sekarang lagi sibuk kak.”
            “Terimakasih sudah menghibur kaka.” Sambil menanggis dan melepaskan pegangan tangan Difa.
            “Kak, difa sayang kaka, Difa gakmau kehilangan siapapun di dantara Difamili, Difa tahu sekarang Difamili banyak kak, tapi percayalah kak nama kaka dan Difamili yang lain tetap ada dihati Difa, sampai kapanpun. Bahkan nanti sampai Difa dewasa dan sudah berkeluarga. Difamili tetap menempati ruang dihati Difa, dan salah satunya kaka. Jadi difa mohon kakak sembuh. Difa kangen kita yang dulu kak.” Difa memelukku, rurasakan airmatanya membasahi tanganku yang ia gengam dengan erat.
            “Iya, Difamili itu selalu ada dihati Difa Recka. Kamu jangan berfikiran kalau Difa tak sayang kamu ya. Difamili sangat berarti untuk Difa.” Ucap Juliana
            “Iya, Difa dan Difamili itu bagaikan organtubuh. Yang apabila satu bagian sakit, maka yanglain akan merasakan sakit. Seperti itulah keadaan kita sekarang.” Ucap Ovy
            “Iya, mana Recka yang aku kenal dulu, yang kuat, yang ceria, dan yang semangat. Aku yakin kamu akan sembuh Recka.”
            “Dek, maafkan kaka. Kakak sudah salah menganggapmu. Kaka hanya takut kehilangan kamu dan yang lain. Maaf karena kegosisan kaka. Kaka percaya sahabat itu selalu ada di saat suka dan duka. Maafin aku semuanya, aku salah. Dan sekarang kita mulai semuanya dari nol lagi ya.” Sambil memeluk mereka walaupun mataku masih belum dapat melihat namun, pelukan hangat sahabat akan terasa sampai kehati. Karena persahabatan bukan dilihat dari mata namun dari hati.

Kamis, 18 Juli 2013

KLASIFIKASI KATA

A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran
akan pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi
kita untuk lebih rajin membaca.
Membaca merupakan kegiatan berbahasa
yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui
media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca
tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang diuraikan
di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan
menelaah unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan
dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa
yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Pada bab ini, kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaan
di dalam bacaan berkaitan dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta
kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata.
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu
kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai
fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jeniskatanya. Di kelas X, kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan
dibahas kembali tentang kelas kata dan hubungannya dengan kalimat.
Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja (verba)
(2) kata sifat (adjektif )
(3) kata keterangan (adverbia)
(4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata
kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke
dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi (Pergi dengan gembira.)
tidur (Tidur dengan nyenyak.)
jalan (Jalan dengan santai.)
(2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
(4) Berawalan me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat
berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila
memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata
sekali.
Contoh:
indah (sangat indah/indah sekali)
baik (sangat baik/baik sekali)
tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali)
(2) Dapat diberi awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas (seluas/terluas)
bodoh (sebodoh/terbodoh)
mudah (semudah/termudah)
buruk (seburuk/terburuk)
baik (sebaik/terbaik)
(3) Dapat diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah (tidak murah)
sulit (tidak sulit)
pahit (tidak pahit)
3. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Berikut adalah macam-macam adverbia.
(1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya,
tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,
paling-paling.
(b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.
(c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau,
agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
4.1. Kata benda
Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep,
ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu
kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi
persyaratan berikut.
(1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang
sangat indah)
pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh :
saya (bukan saya)
roti (bukan roti)
gubuk (bukan gubuk)
4.2. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau
nomina.
Contoh:
Aku sudah mencoba membujuknya.
Kami sangat berharap kepada kalian.
Dia telah meninggalkan kita.
Itu memang miliknya.
4.3. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Contoh:
Ibu membeli gelas selusin.
Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,
(2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
Contoh:
di (sebelah) utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk arah
dari pasar = menunjuk tempat
pada hari senin = menunjuk waktu
(2) Kata Sambung (Konjungsi)
Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan
klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan, tetapi minum
ia tidak naik kelas karena bodoh
Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang bermakna tunggal)
para pemimpin (para bermakna jamak)
si cantik (si bermakna netral)
(4) Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan
hati.
Contoh:
Aduh, kakiku sakit sekali.
Astaga, mengapa kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan putus asa.
“Wah, mahal sekali!” kata adik.
Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah
hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5) Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan
(berita).
Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun
Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu
wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci
setiap kata berdasarkan kelas katanya.
B. Klasifikasi
Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum
diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar
karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata
itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan,
dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan,
kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.
2. Kata Turunan
Sebuah kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui
bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau
mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan
tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa ide/perasaan.
Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat katakata
tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda
amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti “bilangan
asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut
mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang tetap,
yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kata
bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas
kata kerja.
Bagaimana pengimbuhannya?
Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita
bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan
pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku
pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.
Kata Asal/Verba
Pelaku
proses
Hal/tempat
Perbuatan
Hasil
asuh
pengasuh
pengasuhan

mengasuh
asuhan
baca
pembaca
pembacaan

membaca
bacaan
bangun
pembangun
pembangunan

membangun
bangunan
buat
pembuat
pembuatan
perbuatan
membuat
buatan
cetak
pencetak
pencetakan
percetakan
mencetak
cetakan
potong
pemotong
pemotongan
perpotongan
memotong
potongan













3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk
baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan
memakai tanda penghubung (-).
Contoh:
lauk-pauk mondar-mandir
anak-anak porak-poranda
berjalan-jalan biri-biri
gerak-gerik kupu-kupu
dibesar-besarkan laba-laba
huru-hara
Macam-macam kata ulang
1. Ulangan seluruh kata dasar
Contoh:
anak-anak meja-meja
buku-buku ibu-ibu
main-main makan-makan
2. Ulangan kata dengan memberi imbuhan
Contoh:
berjalan-jalan bermanja-manja
dibesar-besarkan dipukul-pukulkan
berlari-larian menarik-narik
3. Ulangan seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang
kedua
Contoh:
gerak-gerik caci-maki
mondar-mandir compang-camping
huru-hara terang-benderang
bolak-balik carut-marut
lauk-pauk
4. Ulangan seluruh kata yang dinamakan kata asal
Misalnya :
anai-anai ubur-ubur
kunang-kunang lobi-lobi
kupu-kupu mata-mata
agar-agar
4. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk
satu pengertian.
Contoh:
duta besar
kereta api senja utama
meja tulis guru
rumah makan
terjun payung
buku sejarah baru
kereta api cepat luar biasa
lapangan udara
rumah sakit jiwa
siap tempur
Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri
dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat
lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk
kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata.
Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau
lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis
serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu).
Contoh:
matahari kacamata
sapu tangan beasiswa
olahraga antarkota
C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu
berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain
proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal,
yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna.
1. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a. Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya
(makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b. Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang
Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan
makna halus dan cakupan makna kasar.
Contoh cakupan makna halus:
1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya
diterima oleh Allah.
Contoh cakupan makna kasar:
1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya seorang dokter.
4. Pahlawan telah mati di medan laga.
c. Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari
beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata
pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
− jantung hati = kekasih
Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong
perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan
kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan
sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan
ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya,
ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
− mencari ilham : berusaha mencari ide baru
− bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
− diam seribu bahasa : membisu
− hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau pers : undang-undang pers
− berebut senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
− black sheep : kambing hitam
− over nemen : mengambil oper
− side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
− soko guru : suri tauladan
− anak bawang : yang tidak diutamakan
2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,
antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti
mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti
kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat
tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh
unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat
2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu
menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan
artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim.
Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
− laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
− kaya- miskin
− panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
− orangtua-anak
− guru-murid
− memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
− Jual-beli
− Pulang-pergi
f. Oposisi komplementer
Contoh:
− mur-baut
− kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
− merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c. Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan
beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang
merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata
lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum
dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan
untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam
kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah
bunga.
Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas,
cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut ini.
Kata umum
Kata khusus
melihat
memandang, menonton, meratap,
menyaksikan, menengok, mengintip
mamalia
sapi, kambing, kucing
pola hidup
berfoya-foya, boros, irit, mewah,
sederhana
membawa
menjinjing, memikul, memanggul,
menenteng, menggendong
memotong
memenggal, mengiris, menebang,
memancung, menggergaji